Scroll Top

Dropshipping: Pengertian, Cara Kerja, dan Potensi Pendapatan

Dropshipping Sedang Bekerja
Ilustrasi seorang dropshipping sedang bekerja. Sumber foto: Freepik.com/@Rawpixel.com.

Dropshipping atau dropship merupakan model bisnis yang makin diminati banyak pihak. Perkembangan tersebut adalah konsekuensi yang wajar mengingat pesatnya kemajuan teknologi dan internet.

Apalagi, saat ini e-commerce atau marketplace pun juga kian marak kemajuannya. Maka, tidak mengherankan pula apabila dropship ikut berkembang. 

Seiring dengan kemajuan ini, pun semakin banyak orang-orang yang ingin menjadi dropshipper. Pasalnya, bekerja sebagai dropship memang bisa memberikan keuntungan dan tergolong tidak sulit untuk dilakukan.

Nah, untuk Eksporior yang ingin juga menjadi dropshipper, tentu saja peluangnya terbuka lebar. Namun, agar saat terjun sudah menguasai ilmu-ilmunya, maka ada baiknya kita cari tahu dulu apa itu dropshipping, cara kerja, hingga potensi pendapatannya!

Pengertian Dropshipping

Mengutip dari artikel Kompas.com, dropshipping adalah cara bisnis alternatif yang membuat orang-orang bisa memiliki usaha dengan modal minim. Hal ini dapat terjadi karena metode dropship membuat seseorang bisa berjualan tanpa harus memiliki produk.

Sebagai contoh, A adalah seorang dropshipper. Sedangkan B pengusaha yang memiliki produk. Dalam konteks ini, A dapat menjual produk milik B tanpa harus menyimpan barangnya. Jika ada pesanan, maka A akan meneruskan kepada B, lalu B yang mengirimnya kepada konsumen.

Dengan lain perkataan, dropship adalah sistem penjualan yang membuat dropshipper cuma perlu memasarkan produk dan menjual barang pihak lain. Di samping itu, sistem ini membuat seorang dropshipper tidak perlu menyimpan barang yang dijualnya karena pemilik barang yang akan mengirim ketika produk terjual.

Dalam perjalanannya, seorang dropshipper tidak terikat dengan suatu produk. Sebab, yang diutamakan dalam bisnis ini adalah jaringan. Artinya, ketika Eksporior mau menjual berbagai produk sebagai dropshipper, maka hal ini amat bisa dilakukan.

Cara Kerja

Setelah mengetahui pengertian dropshipping, lantas bagaimana cara kerjanya? Terkait ini, sebagaimana dikutip dari CNNIndonesia.com, kita dapat mengetahui cara kerja dropship yang ditulis berdasarkan buku Bisnis Praktis dan Fantastis dengan Dropship (2013).

Pertama, seorang dropshipper mendapatkan bahan atau konten produk dari supplier untuk kemudian dibagikan kepada audiens atau konsumen.

Kedua, orang yang bekerja sebagai dropship kemudian mulai promosi atau memasarkan produknya di berbagai platform, seperti media sosial, e-commerce, marketplace, atau lainnya.

Ketiga, jika ada pesanan, bisanya konsumen harus melunasi produk yang ia beli terlebih dahulu.

Keempat, dropshipper harus merinci kembali daftar pesanannya, termasuk alamat konsumen, untuk kemudian diserahkan kepada produsen atau supplier

Kelima, setelah mendapatkan pencatatan dari dropshipper, produsen akan mengirimkan barang kepada konsumen. Dalam proses ini, barang dikirim atas nama dropshipper atau toko online-nya.

Dengan mengetahui cara kerja ini, tentu kita harus berpikir ulang apabila menyamakan dropship dengan reseller. Pasalnya, dua profesi ini sejatinya berbeda. 

Dari pengertian dan cara kerjanya, kita tahu skema dropship tidak mengharuskan kita menyimpan produk. Sementara reseller umumnya harus membeli produk dulu kepada produsen besar untuk kemudian produknya dijual kembali.

Dengan kata lain, cara kerja dropshipper memungkinkannya tidak mengeluarkan banyak modal untuk memulai bisnis. Sementara itu, reseller harus merogoh kocek dulu untuk bisa berbisnis. 

Lantas, bagaimana dengan keuntungan yang bisa diperoleh sebagai seorang dropship?

Potensi Pendapatan

Potensi pendapatan yang bisa diraih dari skema dropshipping sebetulnya sangat menjanjikan. Hal ini memungkinkan terjadi karena seorang dropshipper biasanya mendapatkan diskon khusus dari produsen.

Nah, diskon khusus itulah yang bisa menjadi sumber pendapatan dropshipper. Sebagai contoh, X seorang dropshipper yang menjual produk Y berupa sepatu.

Kepada konsumen, Y menjual sepatu seharga Rp150 ribu. Akan tetapi, karena X adalah dropshipper, maka Y memberikan diskon Rp10 ribu.

Atas dasar itu, setiap X berhasil menjual sepasang sepatu yang diproduksi Y dengan harga Rp150 ribu, maka X akan mendapatkan keuntungan Rp10 ribu.

Apakah X bisa menjual lebih tinggi? Tentu saja bisa. Namun, perlu diperhatikan potensi keuntungannya jika menaikkan harga.

Hal tersebut disampaikan karena wajarnya konsumen pasti mencari harga termurah untuk produk yang jenis dan kualitasnya sama. Jadi, jika ingin menaikkan harga jual, maka ada baiknya di platform yang mana produsen tidak berjualan juga di sana.

Potensi keuntungan lainnya bisa dilihat dari perspektif skalabilitas. Artinya, semakin banyak produk yang ditawarkan dropshipper, maka makin besar persentase keuntungannya. Hal ini pun bisa dilakukan tanpa adanya kekhawatiran tentang stok. 

Kesimpulan

Demikianlah penjelasan tentang pengertian dropshipping, cara kerja, dan potensi keuntungannya. Jika Eksporior tertarik melakukannya, tentu saja bisa.

Akan tetapi, yang perlu diperhatikan, meskipun menjadi seorang dropship minim modal, tetap saja perlu keterampilan terkait sebagai penunjangnya. Adapun skills yang dimaksud, seperti digital marketing, content creator, hingga marketplace atau e-commerce.

Jika kamu mau mempelajarinya, tentu saja sangat bisa di LPK GeTI Incubator. Sebagai informasi, LPK GeTI Incubator merupakan lembaga pelatihan kerja yang masih berada dalam ekosistem ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia).

Dengan meningkatkan skill di LPK GeTI Incubator, kamu berkesempatan mendapatkan banyak hal menarik, seperti jaringan profesional, sertifikat bergengsi, belajar dengan metode inkubasi, hingga didampingi instruktur profesional.

Nah, apabila Eksporior butuh informasi lebih lanjut, maka bisa hubungi admin dengan klik banner di bawah, ya!

Related Posts

Leave a comment