
Jakarta, 14 Mei 2025 – ExportHub.id menghadirkan mahasiswa Universitas Raharja dalam Kagama Leaders Forum (KLF) Series bertajuk “Trump Effect: Bagaimana Indonesia Mendulang Peluang di Tengah Perang Dagang”.
Leaders Talk ini adalah acara rutin yang diselenggarakan oleh KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) bekerja sama dengan RRI (Radio Republik Indonesia), di Auditorium Abdurrahman Saleh RRI, Jakarta.
Kehadiran mahasiswa dalam forum strategis ini merupakan bagian dari komitmen ExportHub.id dalam program pemagangan berbasis kolaborasi perguruan tinggi dan industri, sekaligus sebagai upaya memperluas wawasan generasi muda terhadap dinamika geopolitik dan ekonomi global.
Forum ini membedah langkah-langkah strategis Indonesia dalam merespons perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS), serta menyoroti potensi kolaborasi dan diplomasi ekonomi di tengah persaingan dua kekuatan besar dunia, AS dan Tiongkok.
Acara secara resmi dibuka oleh Direktur Utama LPP RRI, Dr. Hendrasmo, M.A., yang menekankan peran strategis media publik dalam memperkuat ketahanan nasional melalui ruang dialog terbuka.
“RRI siap menjadi mitra dalam membangun pemahaman bersama terhadap isu-isu global yang berdampak langsung pada kepentingan nasional,” ujarnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat KAGAMA periode 2024–2029, Dr. Ir. Basuki Hadimuljono, M.Sc., yang juga menjabat sebagai Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), turut memberikan sambutan secara virtual. Ia menekankan pentingnya kontribusi alumni dalam menjaga stabilitas nasional.
“Sinergi pengetahuan dan jejaring alumni menjadi modal penting untuk menjaga stabilitas dan daya saing ekonomi nasional di tengah ketegangan global yang semakin kompleks,” tegasnya.
Kritik atas Sistem Global dan Dorongan untuk Mandiri

Dalam keynote speech bertajuk “Thriving in the Era of New World Trade Order”, Prof. Dr. Soedradjad Djiwandono, Gubernur Bank Indonesia periode 1993–1998, mengkritisi pendekatan unilateral Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump. Ia menilai strategi tersebut telah merusak keseimbangan sistem perdagangan global dan melemahkan prinsip interdependensi antarnegara.
Menurutnya, Indonesia perlu bersikap lebih aktif dalam menjaga kepentingan nasional di tengah pertarungan antara dua kekuatan ekonomi dunia. “Kita harus mampu memainkan peran strategis tanpa terjebak dalam dikotomi antara AS dan Tiongkok,” jelas Soedradjad.
Talkshow Panel: Pandangan Lintas Sektor Hadapi Ketegangan Global
Forum dilanjutkan dengan sesi talkshow yang dipandu oleh Retno Pinasti (Pemimpin Redaksi SCTV dan Indosiar), menghadirkan empat narasumber utama dari sektor diplomasi, keuangan, industri otomotif, dan alat kesehatan:
1. Djoehari Oratmangun – Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia
Djoehari menjelaskan bahwa diplomasi Tiongkok yang proaktif justru membuka peluang kerja sama baru bagi Indonesia. Ia menekankan posisi strategis Indonesia sebagai mitra aktif bagi AS dan Tiongkok, serta pentingnya menjaga hubungan yang saling menguntungkan.
Dalam Konferensi Perdagangan Dunia di Jenewa pada 13 Mei 2025, Indonesia bersama 17 negara berkembang lainnya berhasil mendorong pengesahan paket kebijakan dagang adaptif, yang mencerminkan konsensus Selatan-Global. “65% delegasi mendukung inisiatif peningkatan akses pasar bagi negara berkembang, 22% menolak, dan sisanya abstain. Ini momentum penting. Indonesia harus sigap memanfaatkannya,” tegasnya.
Ia juga mencatat bahwa volume perdagangan Indonesia–Tiongkok pada kuartal I 2025 tumbuh 8,3% dibanding periode sama tahun lalu. “Stabilitas dan komitmen jangka panjang adalah fondasi utama. Kita tak bisa hanya bereaksi, tapi harus mengantisipasi perubahan lanskap perdagangan global,” ujar Djoehari.
2. Prof. Dr. Anggito Abimanyu – Wakil Menteri Keuangan RI
Anggito mengungkapkan pentingnya respons cepat dan terukur dari pemerintah dalam menghadapi gejolak global. Meski dampaknya terhadap APBN relatif kecil, pemerintah tetap melakukan penyesuaian kebijakan fiskal dan perdagangan.
“Indonesia sudah mengirim proposal kemitraan ekonomi ke otoritas AS sejak awal April, menjadikan kita negara pertama yang merespons. Kita juga telah melaksanakan tujuh langkah reformasi yang diapresiasi langsung oleh US Treasury dan US Trade Representative,” jelasnya.
3. Nandi Julianto – Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia
Nandi memaparkan dampak fluktuasi global terhadap sektor otomotif, khususnya pada rantai pasok dan daya beli masyarakat. Meskipun pasar domestik stabil, ekspor ke negara seperti Vietnam dan Meksiko terdampak kebijakan proteksionisme Trump.
“Kami melihat peluang lewat strategi diversifikasi pasar dan elektrifikasi. Dalam setiap tantangan pasti ada peluang. Kita harus proaktif mencari destinasi baru dan memperluas perjanjian dagang,” katanya.
4. Masrizal A. Syarief – Presiden Direktur PT Graha Ismaya
Dari sektor alat kesehatan, Masrizal menekankan perlunya penguatan industri dalam negeri serta kolaborasi lintas sektor agar Indonesia dapat mandiri di tengah krisis global. “Sektor kesehatan adalah sektor strategis yang harus diperkuat dengan investasi dan reformasi kebijakan,” ujarnya.
5. Kolaborasi dan Optimisme sebagai Pilar Ketahanan Ekonomi
Forum ini dihadiri oleh tokoh alumni Universitas Gadjah Mada, pimpinan perusahaan nasional, akademisi, serta mahasiswa dari berbagai bidang. Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., bersama Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerja Sama, Dr. Danang Sri Hadmoko, juga turut hadir, menegaskan komitmen UGM dalam memperkuat kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemangku kepentingan.
Langkah Strategis ke Tiongkok: Studi Ekosistem Alibaba
Sebagai penutup, Amalia S. Prabowo, President Director ExportHub.id, menyampaikan bahwa ExportHub.id bersama KAGAMA tengah merencanakan kunjungan strategis ke Hangzhou, Tiongkok.
Tujuan utama dari kunjungan ini adalah untuk melakukan eksplorasi terhadap e-commerce terbesar yang tetap kuat di tengah ketegangan global, dengan belajar langsung dari ekosistem Alibaba.com Group.
“Alibaba.com bukan hanya marketplace. Mereka membangun ekosistem lengkap, mulai dari teknologi, logistik, hingga pembiayaan dan pelatihan SDM. Di tengah ketegangan global, Tiongkok semakin maju dengan inovasinya. Kami ingin menyaksikan langsung dan membawa pulang pembelajaran yang dapat diterapkan di Indonesia,” ujar Amalia.
Langkah ini diharapkan membuka peluang kerja sama jangka panjang lintas negara, untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global.