Body care atau produk perawatan tubuh kini bukan lagi hal asing yang bahkan rentang variannya sudah makin beragam. Dengan tujuan produk yang bertambah banyak seperti itu, timbul beberapa keresahan. Salah satunya adalah Fear of Missing Out (FOMO) ketika kehabisan beberapa brand yang sedang ramai dibahas.
Kapan Manusia Mengenal Body Care
Jika ditelusuri dari sejarah, cerita mengenai bagaimana manusia di peradaban kuno merawat tubuhnya tergantung dari lokasi mana merkea berasal. Menurut laman skincare.com, hal ini bisa dibedakan dengan beberapa bagian:
Era Kuno
Perempuan di Roma Kuno sangat menyukai masker wajah. Komposisi yang terdapat di dalamnya umumnya terbuat dari campuran minyak zaitun, air mawar, lemak hewani, timun, minyak almon, telur, dan aragula yang merupakan salah satu jenis sayuran hijau yang daunnya mirip selada dengan rasa pedas dan agak pahit. Beberapa dari mereka menggunakan lemak dari wol domba sebelum tidur, yang sering dikeluhkan para pria di zaman itu. Menurut mereka aromanya begitu busuk.
Pria di Athena juga sangat menyukai kelembaban kulit, makanya ini menjadi salah satu fokus mereka saat rutinitas mandinya. Orang-orang inilah yang pertama kali menemukan krim dingin.
Penduduk di era Mesir kuno juga terhitung revolusioner dalam dunia perawatan tubuh. Bukan hanya menjadi pelopor riasan wajah dengan eyeliner dan pewarna rambut, mereka juga sangat suka membersihkan kulit.
Sejarawan Yunani Herodotus mengatakan orang-orang ini begitu obsesif dalam membersihkan kulitnya. Bahkan mereka mandi dua kali sehari dengan air dingin. Soda digunakan sebagai pengganti sabun, hingga kini masih belum diketahui apa formulanya. Produk lain yang digunakan adalah salep yang bertujuan untuk mencegah kulit menjadi kering di bawah teriknya matahari Mesir yang sangat panas.
Era Renaisans
Saat itu, memiliki kulit amat putih adalah keinginan banyak perempuan. Di abad 14, mereka menggunakan blaunchet, sejenis gandum yang digiling untuk mencerahkan dan membuatnya terlihat efek pucat. Selain itu, susu juga digunakan untuk membersihkan kulit.
Era Victoria
Di era ini, perempuan dikenal dengan penggunaan korset yang begitu ketat. Bukan hanya itu, bentuk body care yang mereka gunakan adalah amonia. Mereka juga memakai merkuri untuk perawatan mata dan krim arsenik yang bertujuan menghilangkan jerawat, membersihkan dari bintik freckles, dan memberikan kilau pada wajah. Terdengar begitu menyeramkan.
Biar begitu, tidak semua produknya berbahaya. Losion yang mengandung gliserin dan timun direkomendasikan bagi kulit berminyak, nanas hijau yang sudah distilasi untuk perawatan anti penuaan.
Ada hal menarik saat itu, yakni perempuan disarankan untuk membuat produk perawatannya sendiri karena tidak ada pemeriksaan kesehatan yang meninjau body care yang akan diproduksi. Makanya banyak kandungan berbahaya di dalamnya.
Abad 20
Awal abad 20, perawatan kuku mulai dikenal. Biasanya perempuan akan menggosok kuku mereka dengan kulit shamua sebelum dihias dengan minyak atau pasta yang berwarna merah muda seperti mawar. Itu dipilih karena warnanya begitu merona alami. Era ini juga muncul beberapa produk perawatan kulit dasar seperti toner, pelembab, masker malam, dan sabun.
Di 1920-an kulit pucat dianggap ketinggalan zaman. Kulit idaman saat itu adalah yang berwarna coklat keemasan, sehingga banyak merek yang menjual self-tanner cari dan bubuk. Produk ini juga memberi klaim bahwa ini bisa membuat tampilan mereka menjadi gelap sungguhan.
Hal ini tetap menjadi tren di tahun 1930-an banyak minyak dan losion khusus untuk berjemur dan dapat menyaring sinar matahari dengan baik. Sehingga efek samping berbahayanya berkurang. Bahkan produk ini masih terus dijual di era great depression.
Masuk di masa Perang Dunia, kemewahan sipil banyak dipotong termasuk produk perawatan. Untuk menyiasatinya, perempuan banyak sarung tangan ketika tidur atau menggulung buah kenari di tangannya untuk menjaganya tetap halus.
Bahkan pemerintah Amerika Serikat saat itu menyediakan krim tangan dan pelindung wajah untuk pekerja pabrik perempuan karena efek pekerjaan kasar yang semakin masif. Kemudian di akhir abad ini, produk perawatan alami mulai populer dan masih bertahan hingga zaman modern.
Body Care Kini
Seperti yang sudah kami bilang di awal, produk perawatan sudah semakin berkembang dengan formulasi yang beragam juga. Apalagi sudah mengandung bahan yang unik, membuatnya menjadi omongan banyak orang.
Terkadang inilah yang membuat kita menjadi FOMO dan buru-buru membelinya. Padahal mungkin saja formulasinya tidak cocok dengan kondisi kulit kamu. Ingat, tujuan membeli body care adalah untuk merawat tubuh.
Sebagai bentuk mencintai diri sendiri, harusnya kamu bisa menjadi lebih bijak dalam menggunakan ragam produk tersebut. Atau lebih baik kamu menggunakan body care yang kamu buat sendiri. Siapa tahu, malah berguna untuk orang lain yang punya masalah kulit yang sama. Selain bermanfaat, tentunya bisa menjadi ladang profit yang baru. Data dari riset Nielsen di laman Fimela, menyebutkan pada triwulan pertama di 2022, produk sejenis ini memberikan pertumbuhan 10% di e-commerce.
Memang ini merupakan salah satu metode penjualan baru dengan keuntungan yang juga signifikan. Jika kamu kesulitan melakukannya, hubungi saja agensi yang menyediakan jasa penjualan, Bencuan salah satunya.
Ini adalah bisnis unit di bawah ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia) yang sudah terbukti mendongkrak banyak penjualan produk, salah satunya perawatan tubuh. Klik gambar di bawah untuk bergabung sekarang!