Hijab atau baju muslim memiliki pasar yang besar di dunia, terlebih Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim yang paling banyak. Apalagi menjelang masuk bulan Ramadhan.
Hijab Dalam Agama
Jilbab dan hijab adalah dua jenis penutup kepala yang sering digunakan perempuan muslim, dan menjadi bagian dari pakaian mereka yang sesuai dengan ajaran agamanya untuk menutup aurat. Kedua kata ini sering digunakan bergantian bahkan bersamaan, tapi sebenarnya punya arti yang berbeda.
Melansir dari laman Gorontalo Viva, hal ini memiliki arti yang luas, termasuk di dalamnya menutup tubuh dan aurat yang sesuai dengan ajaran Islam. Bagian tubuh yang dimaksud meliputi dada, kepala, dan bagian tubuh lainnya. Yang diperbolehkan untuk terlihat hanyalah wajah dan telapak tangan. Sedangkan jilbab merupakan bagian dari hijab. Biasanya longgar dan menutupi wajah hingga pergelangan kaki.
Hijab Bukan Berasal dari Agama Islam
Walaupun kini hijab identik dengan muslim, bahkan di KBBI daring mengartikan bahwa itu adalah kain yang menutupi aurat perempuan Islam. Tapi sebenarnya jika dilihat dari sejarah, hal ini datangnya bukan dari Islam.
Mengutip penelitian Al Munajjed, sosiolog George Washington University di laman linimassa.id mengatakan bahwa hal ini sudah digunakan ratusan tahun sebelum datangnya Islam. Saat itu, bentuknya beragam. Bentuknya di masyarakat Yunani berbeda dengan yang digunakan orang di Romawi, juga penduduk Arab sebelum Islam ditemukan.
Tradisi masyarakat Yunani waktu itu adalah menutup wajah dengan ujung selendang dengan hijab yang terbuat dari kain tertentu. Kemudian ditiru oleh banyak bangsa di sekitarnya.
Lalu masyarakat Romawi tidak akan keluar rumah dengan wajah terlihat. Dan menggunakan hijab yang berbentuk selendang panjang yang menjulur hingga kaki.Banyak juga gereja terdahulu yang menyarankan para biarawatinya untuk menutup tubuhnya.
Aturan soal hijab ini juga sudah dikenal di beberapa kota lama seperti Babylonia, Mesopotamia, dan Asyiria yang menyuruh perempuan untuk menggunakannya di tempat umum dan melarang budak untuk memakainya.
Kemudian hal ini bergeser menjadi simbolis kelas sosial tertentu. Hanya orang dari kalangan kelas atas saja yang menggunakannya.
Jejak Hijab di Indonesia
Sementara itu, dalam catatan sejarah yang ditulis di laman The Conversation, hijab di Indonesia pertama kali dipakai seorang muslimah ningrat di Makassar pada abad ke-17 yang kemudian ditiru perempuan Jawa setelah munculnya organisasi perempuan muslim, Aisyiyah di awal 1900-an. Organisasi ini punya pengaruh di ekonomi, sosial, hingga medis.
Hijab diartikan sebagai bentuk pilihan pribadi. Sebab banyak juga pahlawan perempuan Indonesia yang tidak menggunakannya. Di Aceh sendiri yang dikenal sebagai Serambi Mekkah, tidak ada gambar hijab di foto penemuan perempuan di daerah tersebut di 1880-an dan 1890-an pada penelitian Jean Gelman Taylor, dari Universitas New South Wales.
Hijab di sekolah juga sempat mengalami pelarangan di era Orde Baru. Soeharto, presiden saat itu mengendalikan isu agama secara ketat sekali. Pemerintah saat itu menganggap bahwa ini adalah simbol politis dari Mesir dan Iran yang situasi negaranya sangat berbeda dengan Indonesia. Ada ketakutan bahwa ini akan menjadi sesuatu yang mengganggu stabilitas pemerintah.
Barulah beberapa saat setelah itu pakaian ini didukung oleh Nahdahtul Ulama dan Muhammadiyah sebagai pakaian ideal untuk muslimah. Sehingga pemakaiannya kini bisa menjadi lebih bebas tanpa larangan.
8 Strategi Membangun Bisnis Hijab
Kini penggunaan pakaian muslim itu sudah tidak lagi diatur ketat seperti era Orde Baru. Makanya perkembangannya sudah semakin besar bahkan menjadi tren yang menarik untuk dijadikan sasaran bisnis. Jika kamu ingin memulai bisnis dari nol dalam sektor pakaian muslim ini, kami sudah merangkum 8 strategi yang sudah dikutip dari Mekari yang bisa kamu tiru:
1. Tentukan konsep bisnis.
2. Buat rencana bisnis.
3. Cari supplier.
4. Membangun image.
5. Buat toko online.
6. Promosikan merek.
7. Berikan layanan yang baik.
8. Kembangkan bisnis.
Bisnis hijab memang menjadi potensi bisnis yang menggiurkan. Melansir dari Republika, pada 2022 ada 1,06 miliar potong yang sudah dibeli masyarakat lokal. Tapi sayangnya hanya sekitar 25% saja yang dikuasai produk dalam negeri. Sisanya dikuasai produk impor.
Sayang sekali, padahal dengan antusias sebesar itu, produk lokal harusnya bisa menguasai pasar dengan lebih banyak lagi. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk ekspor dalam jumlah banyak. Ditambah lagi mengingat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara muslim besar di dunia.
Apakah kamu ingin menjadi salah satu produsen hijab yang mengembangkan potensi produk lokal dengan lebih baik lagi? Lakukan sekarang. Tidak perlu repot memikirkan penjualannya.
Hal itu bisa diserahkan pada Bencuan, yang merupakan social commerce andalan ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia) yang bisa menjual produk apapun lewat social media marketing. Apalagi kini penjualan lebih diminati pembeli lewat media sosial.