Scroll Top

Liputan: Lebih dari Sekadar Rekam Posting 

Liputan yang merupakan kerja-kerja pewartaan, kini bukan lagi merupakan hal eksklusif. Apalagi semenjak pertumbuhan masif internet dan media sosial, rekaman amatir yang dilakukan warganet sepertinya banyak mendapatkan atensi, menjadi bahan meme, bahkan diskursus yang mendalam. Mari, kenali lebih lanjut! 

Sejarah Jurnalisme 

liputan

Menurut laman Britannica, sejarah soal liputan dan jurnalisme sendiri cukup panjang. Contohnya yang paling awal berasal dari berita yang beredar di era Romawi kuno yakni Acta Diurna yang muncul sebelum 59 Masehi. Hal itu mencatat peristiwa harian penting seperti pidato publik yang terbit setiap hari dan digantung di tempat terbuka. 

Tambahan lain dari laman publikasi jurnal oleh Universitas Minnesota menyebutkan ada surat kabar lain yang terbit di Venesia, Italia yang bernama Avvisi atau Gazette yang berisi soal politik dan konflik militer. Tapi karena belum ditemukannya mesin cetak, hal ini sangat terbatas. 

Dengan penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di 1440, hal ini mengubah drastis media cetak saat itu. Dengan kemajuan itu, sangat memungkinkan reproduksi bahan berkualitas tinggi dengan kecepatan hampir 4.000 lembar setiap harinya yang sama dengan 1.000 kali lebih cepat dibandingkan dengan penyalin tangan. Hal ini menurunkan harga produksi cetak dan bisa diakses secara massal. Bisa dikatakan inilah titik mula jurnalisme modern. 

Surat kabar mingguan yang terbit menggunakan mesin itu pertama kali muncul di 1609. Koran itu bernama “Relation: Aller Furnemmen” yang dicetak oleh Johan Carolus dan “Aviso Relation oder Zeitung” yang dibuat Lucas Schutle. Mereka tidak menyebutkan asal media ini diterbitkan, hanya dapat ditebak dari Jerman karena menggunakan bahasa tersebut untuk menghindari penganiayaan pemerintah di zaman itu. 

liputan

Walaupun ada kekhawatiran represi dari pihak berwenang, surat kabar itu mendapatkan sambutan yang bagus dan bisa menyebar ke seluruh Eropa Tengah. Pada 5 tahun setelahnya, di Basel, Frankfurt, Hamburg, Wina, Berlin, dan Amsterdam muncul hal serupa yang terbit setiap minggunya. 

Koran pertama di Inggris muncul pada 1621 yang berjudul “Corante, or weekly news from Italy, Germany, Hungary, Poland, Bohemia, France, and the Low Countreys”. Di 1641, penyebaran surat kabar sudah dicetak hampir di setiap negara Eropa seiring publikasi ke Prancis, Spanyol, dan Italia. 

Surat kabar tersebut mengikuti salah satu dari dua format utama. Ada yang bergaya corantos atau gaya Belanda yang padat berisi dua hingga empat halaman. Sedangkan satunya adalah gaya Jerman yang lebih luas mencapai delapan hingga 24 halaman. Awalnya banyak penerbit yang menggunakan gaya Belanda yang berubah menjadi gaya Jerman setelah popularitasnya meningkat. 

Sedangkan di Amerika Serikat, kemunculan surat kabar ini baru terjadi di 1690, ketika Benjamin Harris mencetak “Public Occurrences, Both FORREIGN and DOMESTICK” yang tulisan pertamanya tentang artikel dugaan rencana Katolik melawan Inggris, yang membuatnya kabur ke Amerika Serikat. Ia awalnya adalah seorang editor di Inggris.  

Jurnalisme di Indonesia 

liputan

Jurnalisme sendiri di Indonesia dimulai ketika penjajahan Belanda. Melansir dari laman Kompas, di 1744 didirikannya percetakan Benteng di Batavia dan surat kabar pertamanya adalah Bataviasche Nouvelles oleh Gubernur Jenderal Willem Baron van Imhoff. 

Surat kabar ini terbit setiap minggu dan ditulis dalam bahasa Belanda yang ditujukan untuk orang-orang kebangsaan tersebut di Indonesia. Lalu di 1776, muncul surat kabar lainnya yang bernama Vendu News. 

Barulah muncul surat kabar dengan bahasa Indonesia pertama, Bianglala di 1855 dan Bromartani di 1855 yang diterbitkan oleh guru bahasa Jawa, Carel Frederik Winter di Surakarta yang dikelola bersama anaknya Gustaaf Winter. Terbit setiap Kamis seharga 2 gulden. 

Serba Serbi Jurnalisme 

liputan

Liputan sendiri masuk ke dalam jurnalisme, seperti yang dikutip dari laman GeTI, hal ini merupakan bentuk tulisan yang punya tujuan untuk menginformasikan soal peristiwa atau kejadian di waktu tertentu. 

Jenisnya sendiri dapat terbagi menjadi 3: 

 

    • Jurnalisme cetak yang diproses di media cetak seperti surat kabar, koran, majalah atau tabloid. 

    • Jurnalisme elektronik atau penyiaran yang diproses di ragam media seperti radio, televisi, bahkan film. 

    • Jurnalisme daring yang disebarluaskan melalui situs berita. 

Beruntungnya kini, kita bisa bebas menikmati produk liputan dan segala jenis jurnalisme lain dengan lebih bebas. Sebelum abad ke-18, hal ini banyak terbentur oleh pajak, aturan pemerintah, dan batasan lainnya.  

Di Indonesia sendiri mengalami pasang surut soal aturan ini. Melansir dari laman Berita Satu, awalnya kebebasan pers dijamin oleh Soekarno dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 38F tapi berubah sejak era demokrasi terpimpin di 28 Oktober 1956. Ia meminta jurnalisme mengikuti prinsip Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM). 

Era Orde Baru, terjadi pembredelan 12 media cetak yang mengkritisi pemerintah saat itu, bahkan dicabutnya izin usaha dan penerbitan informasi semakin diperketat. Barulah di Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 melonggarkan aturannya. 

Namun tetap saja, hal itu bukan sebuah alasan untuk penyebaran informasi yang salah. Untuk membuat liputan yang baik, diperlukan tanggung jawab dan pengetahuan soal kode etik soal itu. 

Jangan menyebarkan rumor atau gosip murah berkedok jurnalisme. Itu sama sekali hal yang berbeda. Diperlukan pemeriksaan berita, cover both sides, dan investigasi mendalam apalagi jika yang diberitakan menyangkut hal sensitif. Agar tidak ada penyajian informasi yang salah. 

Citizen journalism tidak bisa dijadikan tameng dalam penyebaran berita palsu. Sebab persepsi di masyarakat bisa terbentuk dari sekadar satu dan dua postingan di media sosial. 

Kamu bisa mengetahuinya lebih lanjut, apalgi jika ingin menjadi profesional di bidang itu dengan mengikuti kelas membuat liputan yang baik di LPK GeTI Inkubator. Lembaga di bawah ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia) ini menyajikan pelatihan yang mumpuni dengan kurikulum dan tenaga pelatih yang mahir di bidangnya. 

Daftarkan dirimu untuk menjadi pewarta handal dan humanis dengan klik gambar di bawah! 

liputan

Leave a comment