Scroll Top

Alat Tulis: Masih Bisakah Jadi Komoditas Andalan? 

Alat tulis tidak bisa dipisahkan dari perkembangan manusia. Bukan hanya menunjang dalam kebutuhan perkantoran atau anak sekolah saja, penggunaannya lebih luas dari itu. Di era serba digital yang, apakah peralatan tersebut masih bisa menjadi sasaran produksi yang baik? 

Menilik Jejak Alat Tulis 

alat tulis

Peralatan tulis memiliki sejarah panjang di belakangnya. Mengutip dari laman Global Asia Printings, alat tulis bermula dari zaman Mesir kuno, di mana mereka pertama kali menggunakan alat tulis dan kertas. Sejak itu, alat tulis terus berkembang dengan munculnya produk baru dan inovatif. 

Salah satu contoh alat tulis tertua berasal dari Mesir kuno sekitar 3.000 SM. Dokumen tersebut terbuat dari papirus, jenis kertas yang dibuat dari tanaman papirus. Digunakan oleh untuk menulis surat dan membuat gambar. 

Pada abad pertama Masehi, Romawi mulai memakai perkamen untuk dokumen mereka. Ini adalah jenis kertas yang terbuat dari kulit hewan dan lebih tahan lama daripada papirus. 

Produk alat tulis modern pertama dikembangkan pada abad ke-19. Pada tahun 1806, Nicholas-Jacques Conte menemukan jenis tinta yang dapat digunakan di atas kertas dan kanvas, disebut Conté crayon, yang masih digunakan saat ini. 

Pada 1809, John Harris mengembangkan pensil modern pertama, terbuat dari grafit yang aman untuk lingkungan. Adhesif stempel pertama, dibuat oleh Frederick Sturges pada tahun 1854, dapat menutup surat dan paket. 

Mesin tik pertama dikembangkan oleh John Underwood di tahun 1872, sedangkan keyboard komputer modern pertama oleh August Dvorak pada tahun 1888. Pena tinta pertama, yang ditemukan oleh Rudolph Riefler pada awal abad ke-20, memiliki nib logam untuk menulis di atas kertas. 

Tambahan dari laman Historia, temuan alat tulis yang jarang dibahas adalah quill, atau alat tulis dari bulu angsa atau ayam yang dikenal sejak Mesir Kuno di 3000 SM. Cara menggunakannya bisa dengan mengunyah ujungnya agar terbentuk filamen untuk penahan tinta. 

Digunakan sejak abad ke-6 di Eropa pertama kali di Spanyol. Sejak saat itu, penulisan di saat itu ukurannya menjadi lebih kecil. Sebenarnya agak kurang praktis karena harus dicelup berkali-kali ke tinta. 

alat tulis

Masih bermula dari Mesir, penemuan alat tulis lainnya adalah pena buluh di 3000 SM. Bentuknya bambu kecil atau buluh tebal yang ujungnya dibuat runcing untuk menggores lempengan tanah liat. Masyarakat saat itu menggembangkan aksara Hieroglyph dengan alat tersebut. 

Alat tulis lain yang jarang dibahas adalah stylus yang merupakan peralatan tulis yang dibuat dari logam di 1300 M. Bentuknya adalah media tablet kayu yang dilapisi lilin. Alat ini tidak menggunakan tinta karena ujungnya yang lancip bisa membentuk tulisan di lapisan tersebut. 

Biasanya juga ujung bagian atasnya lebih lebar karena berguna untuk menggosok lilin, sehingga tulisannya bisa terhapus. Konsep ini akhirnya digunakan pada alat bantu teknologi layar sentuh. 

Sementara itu, penemuan kertas tidak ada yang dapat memastikannya, tapi laman Agood Company menuliskan bahwa konon penemuannya pertama kali ketika 121 M oleh Cai Lun di Tiongkok. 

Salah satu alat tulis ini kemudian menyebar ke Jepang, Korea hingga Eropa dan Timur Tengah lewat Perang Salib. Penyebaran kertas merupakan tanda kemajuan pada saat itu, mengingat gunanya juga masih relevan hingga kini. 

Potensi Ekspor Alat Tulis 

alat tulis

Pensil yang merupakan salah satu primadona alat tulis untuk semua umur. Mengutip dari laman Kementerian Luar Negeri, di 2021, hasil produksi asal Indonesia sempat menembus pasar ekspor di 35 negara lain di dunia, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan Arab Saudi. Dan bukan hanya pensil, tapi juga spidol. Pada 2024, alat tulis kantor juga masih menjadi salah satu komoditas ekspor yang diminati. Bahkan menyumbang dalam nilai ekspor Rp50.963.727.435 tersebut. Walaupun sudah ada perpindahan zaman menuju digital, nyatanya belum mampu menggeser kebutuhan penggunaan alat tulis. Buktinya nilai ekspornya begitu tinggi.  

Teknologi yang semakin berkembang juga selalu melakukan penelitian yang menghasilkan kertas serta alat tulis lain lebih ramah lingkungan. Selain itu, kamu juga bisa menggunakannya dengan lebih bijak, sehingga tidak memberikan kerusakan pada alam dengan lebih parah. 

Penjualan alat tulis juga bisa dilakukan lewat cara yang beragam. Apalagi kini sudah ada media online yang bisa membantu distribusi produksi ini dengan lebih mudah ke pelanggan. 

Salah satunya bisa dengan menggunakan marketplace atau e-commerce. Kamu tidak perlu mengeluarkan biaya produksi besar seperti ketika kamu membuka toko. Dengan menggunakan media tersebut, ongkos tersebut bisa dialokasikan untuk keperluan lainnya. 

Kalau kamu masih belum bisa menggunakan platform tersebut, serahkan saja pada DEI yang masih menjadi bagian ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia) yang biasa menangani penjualan lewat marketplace dan sejenisnya. Dijamin bisa langsung sampai dapat pelanggan tanpa pusing! 

alat tulis

Leave a comment