Scroll Top

Kemasan: Jenis Produksi yang Kurang Disorot

Kemasan adalah salah satu poin penting dalam produksi. Hal ini bisa berkontribusi juga pada nilai jual dan membuat tampilannya lebih menarik atau membuatnya lebih mudah dibawa kemana-mana. Namun masih menjadi salah satu komoditas yang kurang disorot. 

Melacak Sejarah Pengemasan 

kemasan

Kemasan sendiri terdiri dari beberapa jenis dan bentuk. Dilihat dari sejarahnya, dapat dikategorikan ke dalam kertas, gelas atau kaca, dan metal. 

  1. Kertas 

Melansir dari laman The Ohio State University, sejarahnya bermula dari kertas yang dianggap sebagai kemasan pertama. Orang Tiongkok di abad pertama menggunakan olahan lembaran kulit murbei sejak abad pertama. 

Namun kertas tersebut berbeda dengan apa yang kita sering gunakan sekarang. Awalnya dibuat dari serat rami lalu dibuat dari linen bekas. Baru di 1867, kertas yang terbuat dari bubur kayu mulai dikembangkan. 

Kemasan kotak karton secara komersial, pertama kali diproduksi di Inggris pada 1817, lebih dari 200 tahun setelah ditemukannya kardus oleh orang Tiongkok. Kertas bergelombang muncul pada tahun 1850-an; sekitar 1900, kardus kertas bergelombang mulai menggantikan peti kayu dan kotak buatan sendiri yang digunakan untuk perdagangan. 

Perkembangan karton tidak disengaja ketika Robert Gair, seorang pencetak di Brooklyn, mengalami insiden saat mencetak kantong benih pada 1870-an. ia menyadari bahwa memotong dan melipat kertas bergelombang dalam satu operasi memiliki keuntungan, menciptakan karton otomatis pertama yang disebut “kemasan semi-fleksibel.” 

Penggunaannya meningkat dengan berkembangnya sereal berkeping. Keluarga Kellogg menjadi pionir penggunaan karton sereal di Battle Creek, Michigan. Pemakaian kemasan kertas dan karton meningkat hingga abad ke-20, tetapi kemudian merosot dengan munculnya plastik pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an. Baru-baru ini, trennya berubah karena desainer menanggapi kekhawatiran lingkungan. 

  1. Gelas atau Kaca 

Gelas atau kaca ini pertama kali dibuat di Mesir tahun 7000 SM. Tapi sebagai cabang dari keramik, benda ini dijadikan barang industri di 1500 SM. Pembuatannya dari bahan dasar silika, pasir, kapur, dan soda yang dilelehkan bersama dan dibentuk saat masih panas. Seiring berkembangnya zaman, yang berbeda dari produksinya hanyalah teknik pembentukannya saja. 

Awalnya, hal ini dibuat untuk penggunaan cangkir dan mangkuk di 1200 SM. Lalu ditemukan pipa tiup oleh orang Fenisia di 300 SM. Hal ini bukan hanya berguna untuk mempercepat produksi, tapi membuat wadah kaca berbentuk bulat.  

Warnanya sendiri sudah ditemukan sejak awal, tapi kaca bening tidak ditemukan sejak awal era Kristen. Lalu 1000 tahun selanjutnya, baru ditemukan proses tersebut dan tersebar di seluruh Eropa. 

Perkembangannya di abad 17 dan 18 memungkinkan bentuk yang lebih beragam. Bahkan bisa memberikan identitas pembuat dalam kemasan kaca tersebut. Saat abad 18 dan 19,  itu juga harga wadah ini menurun seiring dengan perkembangannya yang semakin bagus.  

Salah satu penanda bahwa hal itu sudah mencapai kemajuan ketika sudah ditemukannya pembuat botol otomatis pertama yang dipatenkan di 1889. Mesin ini bisa menghasilkan 20.000 botol setiap harinya. 

kemasan
  1. Logam 

Kotak dan cangkir yang terbuat dari perak dan emas dinilai terlalu berharga untuk digunakan sehari-hari. Oleh sebab itu dikembangkan logam yang bisa menjadi wadah yang lebih kuat tapi ringan, harganya terjangkau. 

Lalu pelapisan timah ditemukan di Bohemia di 1200 M dan kaleng besi yang dilapisi benda tersebut dikenal di Bavaria pada abad 14. Awalnya teknik ini dirahasiakan lalu disebarkan oleh Adipati Sachsen di abad 17 ke seluruh Eropa, hingga mencapai ke Britania Raya dan Perancis di awal abad 19. William Underwood ikut menyebarkannya ke Amerika dengan tujuan ingin menggantikan besi dengan baja untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya. 

Di 1764, pedagang tembakau di Inggris menjual tembakau irisan dalam tabung logam yang digunakan hingga sekarang dengan kemasan kaku. Meskipun logam sudah mulai digunakan sebagai salah satu bahan pengemasan, tapi belum dipakai untuk membungkus makanan karena dianggap beracun. 

Barulah di abad 19, Prancis menemukan cara aman untuk mengemas makanan dalam wadah logam. Awalnya karena Napoleon Bonaparte melakukan sayembara dengan hadiah uang untuk siapa saja yang bisa mengawetkan makanan pasukannya di 1809. 

Lalu Nicholas Appert, seorang koki asal Prancis menemukan cara tersebut dengan menyegal makanan dalam kaleng dan disterilkan dalam rebusan air yang lama. Satu tahun kemudian, Peter Durand dari Britania Raya mematenkan kaleng silinder yang disegel. 

Ketika kemasan logam mulai dirasa aman untuk menjadi wadah makanan, mulai dikembangkan lagi bentuknya menjadi kotak. Di 1830-an, kue kering dan korek api dijual dalam logam kotak. 

Kemasan jenis ini semakin dikembangkan hingga ditemukan tabung logam yang lentur 1841 dalam bungkus cat untuk kesenian. Digunakan untuk mengemas makanan di sekitar tahun 1960-an. Lalu diubah menjadi plastik untuk panganan seperti kue. 

  1. Plastik 

Plastik merupakan bahan kemasan yang paling baru dibandingkan dengan bahan lainnya. Meskipun ditemukan pada abad ke-19, sebagian besar awalnya digunakan untuk keperluan militer dan perang. 

Stirena pertama kali dihasilkan dari pohon getah pada 1831. Tapi awalnya masih rapuh dan mudah pecah. Jerman menyempurnakan proses ini di 1933, dan pada tahun 1950-an, busa plastik sudah tersedia secara global. Bahan isolasi, bahan penahan kejut, serta kotak, cangkir, dan nampan daging berbahan busa plastik menjadi populer dalam industri makanan. 

Vinil klorida, yang ditemukan di 1835, membuka jalan untuk pengembangan lebih lanjut dalam kimia karet. Untuk kemasan, botol pencet deodoran cetak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1947, dan pada tahun 1958, film yang dapat menyusut panas dikembangkan dari campuran stirena dengan karet sintetis. Saat ini, beberapa wadah air dan minyak sayur dibuat dari bahan tersebut. 

Hingga wadah Polietilena Tereftalat (PETE) baru tersedia dua dekade terakhir dan mulai digunakan untuk minuman pada 1977. Di tahun 1980, makanan dan produk panas seperti selai juga dapat dikemas dalam PETE. Desain kemasan saat ini mencoba menggabungkan plastik yang dapat didaur ulang berkali-kali, tetapi pencarian untuk fungsi penggunaan kembali terus berlanjut.

 

kemasan

Ekspor Kemasan 

Mengutip dari laman Kementerian Perdagangan Dalam Negeri, di 2022, Indonesia berhasil ekspor produk kemasan plastik ke Filipina senilai Rp6,49 miliar. Dalam tahun sebelumnya, tercatat kebutuhan plastik dan produknya mencapai US$762 miliar.  

Tentunya permintaan kemasan akan terus ada, mengingat penggunaannya luas untuk ragam produksi. Hal ini bisa sekali menjadi sasaran komoditas yang bisa kamu kembangkan. 

Jangan pusing memikirkan penyalurannya, bergabunglah dengan UPI dalam naungan ExportHub.id yang bisa mendistribusikan produksimu ke seluruh pelosok negeri. Segera klik gambar yang ada di bawah untuk ikut serta! 

kemasan

Leave a comment