Jual sepatu sudah banyak dilakoni oleh banyak orang. Bahkan menjadi sambilan yang bisa dilakukan oleh pelajar juga. Karena tidak diperlukan skill khusus sehingga bisa dikerjakan bagi siapa saja. Apalagi semenjak berjualan semakin mudah, tidak menutup kemungkinan bisa masuk ke pasar internasional dengan lebih gampang lagi.
Sepatu dan Cerita di Belakangnya
Sebelum membahas mengenai jual sepatu, mari kita bahas sejarah di belakangnya. Menurut Britannica, penemuan benda ini dipicu oleh manusia yang ingin melindungi kakinya dari kerasnya iklim. Saat itu kemungkinan suhu begitu dingin, sehingga diperlukan pelindung kaki di sekitar 50.000 tahun yang lalu.
Ditemukannya perubahan bentuk dan kekuatan jari kaki menunjukkan bahwa orang-orang di zaman itu sudah mulai menggunakan sepatu dengan sol yang kokoh pada 40.000 tahun yang lalu. Tapi penemuan paling awal dari alas kaki ini ditandai dengan sepasang sandal yang ditemukan di California yang berasal dari sekitar 9.000 tahun lalu.
Dalam periode Kassite (sekitar 1600-1200 SM) di Mesopotamia, sepatu lunak dipopulerkan oleh orang-orang di pegunungan perbatasan Iran yang memerintah Babylonia saat itu. Ini adalah jenis sepatu pertama yang terbuat dengan kulit yang melintasi kaki, konstruksi dasarnya seperti sepatu mosakin yang tali kulit mentah.
Wanita Yunani lebih sering menggunakan sandal, tapi di dalam rumah terkadang mereka menggunakan sepatu lembut yang tertutup. Alas kaki ini terbilang mewah di periode Helenistik dengan warna putih atau merah. Ketika pengaruh Yunani dominan di abad ke-5 SM, orang Etrusia menggunakan model sepatu tinggi yang terikat dengan ujung yang melengkung ke atas.
Sementara itu, Romawi yang mendirikan persatuan sepatu, mengembangkan alas kaki tersebut sesuai dengan kaki kiri dan kanan. Kemudian juga dibedakan lagi sesuai dengan jenis kelamin dan pangkat.
Di Abad Pertengahan, desain sepatu awalnya sederhana. Hanya mokasin yang terbuat dari kulit yang belum diolah. Lalu berkembang menjadi sepatu yang diikat atau dikait di sekitar pergelangan kaki.
Kemungkinan di tahun 1305, Raja Edward I memerintahkan bahwa 1 inci (2,5 cm) harus diukur dengan 3 biji jelai kering. Yang dari situlah bermula ukuran sepatu di Inggris dimulai.
Lalu Raja Edward III membuat aturan bahwa ujung sepatu tidak boleh lebih panjang dari 2 inci (5 cm), tapi selama raja pemerintahan Richard II (1377-99), alas kaki ini punya ujung sepanjang 18 inci (45 cm) atau lebih. Di akhir abad 15, ujung runcing tersebut digantikan dengan bentuk yang lebih bulat.
Sedangkan di abad ke-16, sepatu pria punya ujung yang sangat lebar mirip dengan paruh bebek. Kemudian ragam desain juga semakin bervariatif. Sol yang terbuat dari kulit atau gabus yang bagian atasnya terbuat dari beludru, sutra, atau kulit. Pada abad ke-17 di Eropa, sepatu bot yang populer. Haknya tinggi dan dihiasi dengan roset besar yang terbuat dari renda dan pita.
Di Amerika, laki-laki dan perempuan menggunakan sepatu dengan kulit tebal dan hak sedang. Sedangkan di abad selanjutnya, alas kaki ini didekorasi dengan gesper emas dan perak serta batu asli maupun tiruan. Di negara tersebut, sepatu perempuan meniru mode di Perancis dan Inggris yang terbuat dari brokat.
Hingga seiring dengan berjalannya waktu, alas kaki ini sudah berevolusi dengan bahan material dan model yang beragam. Bisa disesuaikan dengan tujuannya juga. Bahkan sepatu juga tidak selalu menjadi pelindung saja, tapi bisa menjadi fashion statement untuk menunjukkan identitas pemakainya.
Jual Sepatu ke Luar Negeri
Oleh karena permintaan dan penggunaan alas kaki ini tidak mungkin berhenti, jual sepatu bisa menjadi cara untuk mendapat penghasilan. Dari skala kecil hingga besar. Bahkan bisa dimasukkan juga ke dalam pasar internasional.
Namun untuk bisa ekspor alas kaki dengan sukses, kamu perlu tahu apa saja regulasi jual sepatu ke negara yang jadi tujuan dagang. Berikut ini adalah beberapa contoh aturan atau tips berdasarkan wilayahnya.
-
- Ekspor ke Amerika Serika
Melansir dari laman Inatrims, untuk bisa ekspor alas kaki ke Amerika Serikat, harus mematuhi dan memenuhi beberapa persayaratan dasar negara tersebut seperti persyaratan yang sesuai dengan jenis sepatu yang akan dikirim, logam berat, bahan kimia, pelabelan, dan pengaturan pengemasan.
-
- Ekspor ke Swiss
Sementara itu, untuk jual sepatu ke negara Eropa ini akan lebih baik jika negara sudah memiliki perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement) dengan Swiss untuk menekan tarif masuk.
Mengutip dari laman Kementerian Luar Negeri, Indonesia adalah salah satu negara yang sudah menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi dengan anggota European Free Trade Association yang bermanfaat untuk menurunkan biaya ekspor. Sehingga harga bisa menjadi lebih bersaing.
Dengan perjanjian tersebut, kamu juga bisa jual sepatu ke negara lainnya yang sudah sepakat dengan hal itu misalnya Norwegia.
Untuk bisa ekspor alas kaki ke berbagai negara, tentunya diperlukan dokumen sebagai tanda bahwa kamu sudah mematuhi regulasi wilayah tersebut. Hal itu tentunya tidak mudah. Perlu waktu dan biaya lebih untuk mengurusnya.
Namun jangan khawatir, kamu bisa serahkan hal itu pada DTI. Badan usaha di bawah ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia) yang bisa membantu semua eksportir mengurus urusan ekspor yang legal. Pasti akan diurus sampai dapat global buyer!