Scroll Top

Telur: Perjalanan Panjang dari Kandang Hingga ke Piring 

Telur kini menjadi perbincangan hangat karena harganya yang ikut melonjak bersama dengan kebutuhan lainnya. Hal ini cukup meresahkan, karena ini adalah salah satu panganan primadona yang mudah diolah menjadi banyak makanan lezat.  

Kapan Manusia Mulai Konsumsi Telur?

telur

Hubungan manusia dengan telur sudah lama sekali. Jika dilihat ke belakang, sejarah menyebutkan bahwa kita sudah mulai mengonsumsinya sejak 6 juta tahun yang lalu.  Mengutip dari laman Friday Socks, disebutkan manusia dulu mengonsumsinya mentah dari sarang burung liar. Burung hutan dijinakkan untuk diambil telurnya di India pada 3200 SM, diyakini pula bahwa masyarakat Mesir dan Cina kuno yang pertama kali menjinakkan ayam. 

Melansir dari laman Mashed, dulu salmonella belum ditemukan hingga di akhir abad 19. Manusia juga jarang yang hidup melewati usia 30 tahun, jadi mereka tidak terlalu peduli soal kesehatan telur yang mereka konsumsi. 

Seiring dengan penemuan api untuk memasak di 1,5 juta tahun yang lalu, manusia berinovasi untuk mengolah telur dengan cara dipanggang. Hal ini merupakan cara pertama yang ditemukan untuk memasak telur. 

Cara lain yang ditemukan dalam pengolahan telur adalah merebusnya. Saat itu, tembikar ditemukan di sekitar 5000 SM yang digunakan para juru masak sebagai wadah sebagai medianya. Telur rebus juga begitu populer di kalangan Romawi Kuno.  

telur

Bangsa tersebut dan Mesir merupakan dua kelompok masyarakat yang memasukkan telur ke dalam bahan untuk dipanggang. Orang Romawi juga salah satu yang pertama kali menemukan cara mengocok telur, sebab mereka yang membuat resep omelet yang sudah berusia 1600 tahun. Telur dimasukkan ke dalam menu sarapan ketika ada buku resep masakan Inggris yang diterbitkan di 1669, merekomendasikan untuk konsumsi dua butir telur setiap pagi. 

Kontroversi Konsumsi Telur 

telur

Namun ratusan tahun kemudian, di ahli medis di Amerika yang tergabung dalam American Heart Association (AHA) menyarankan konsumsi 3 butir telur maksimal dalam seminggu pada 1968, seperti yang sudah kami kutip dari laman Zoe. Hal itu dikarenakan adanya temuan bahwa konsumsi lebih dari angka tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kolesterol. 

Lalu ada penelitian lebih lanjut yang menemukan bahwa kolesterol bukan hanya berasal dari konsumsi telur, tapi biasanya terdapat makanan lain yang ikut memengaruhinya, seperti produk susu dan daging. Jadi telur bukan sebagai penyebab masalah medis ini. 

Kelamaan diketahui bahwa itu merupakan permainan pelaku industri telur karena ini adalah komoditas yang memberikan profit yang cukup besar. Jadi mereka melakukan penelitian tandingan dengan sedikit kecurangan. 

Untungnya di 1995, AHA kembali melakukan penelitian lebih lanjut yang menunjukkan bahwa sebaiknya manusia tidak makan lebih dari 3 butir telur dalam setiap minggunya, karena batas konsumsi kolesterol yang paling besar adalah 300 miligram per hari. 

Namun artikel Healthline, Eggs and Cholesterol — How Many Eggs Can You Safely Eat? Menyatakan bahwa mengonsumsi sebanyak 1-2 butir sehari masih terbilang aman untuk orang dewasa yang sehat. Tapi jika kamu memiliki riwayat kolesterol tinggi atau risiko penyakit jantung, tidak disarankan untuk makan lebih dari 4-5 dalam seminggu. 

Ada banyak juga yang menyebut bahwa bagian putihnya lebih baik jika dibandingkan dengan yang kuning. Hal itu tidak sepenuhnya benar. Sebab tetap saja itu mengandung  beberapa nutrisi seperti vitamin, mineral, dan lemak yang baik.  Jadi konsumsi telur ini tidak akan menimbulkan masalah, selama dimakan dalam jumlah yang wajar dan pengolahan yang tepat. 

Mengolah Telur yang Sehat 

telur

Untuk mendapat nutrisi yang maksimal, dibutuhkan pengolahan dengan cara tertentu. Seorang praktisi diet, Abbey Sharp dalam artikel di laman USA Today yang berjudul Are Eggs Good for You? Here’s The Healthiest Way to Eat Them, mengatakan bahwa hal ini bisa tergantung dari tujuan kesehatan yang sedang kamu jalani. Misalnya ketika kamu tidak dalam misi penurunan berat badan, makanan ini baik untuk dimasak dengan cara apa saja. Didadar, direbus, dikukus, atau yang lainnya. 

telur

Namun jika kamu bertujuan untuk mengurangi berat badan, lebih baik diolah dengan cara direbus atau dibuat telur mata sapi dengan sedikit minyak. Kalau ingin meningkatkan kadar protein di dalamnya, bisa ditambah dengan ekstra putih telur atau keju. 

Perlu diketahui bahwa sumber protein bukan hanya melulu dari telur. Apalagi dengan kondisi harganya yang sedang melonjak. Kamu bisa memanfaatkan sumber protein lain, bahkan yang berasal dari hewani yang harganya lebih terjangkau, misalnya tahu atau tempe. 

Untuk mendapatkan akses yang lebih mudah ke sumber nutrisi yang bermanfaat seperti itu, kamu bisa dapatkan di AeXI. Salah satu bisnis unit di bawah ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia) yang menghubungkan produsen dengan konsumen, termasuk telur dan sumber protein lainnya. 

Kamu bisa menghubunginya untuk membeli atau bahkan mendistribusikan hasil produksi agar menjangkau lebih banyak konsumen. Sehingga kamu hanya  perlu fokus pada bagian pembuatan dan memantau kualitasnya agar selalu dalam keadaan baik. Klik gambar di bawah, ya! 

telur

Leave a comment