Terasi merupakan salah satu bumbu masak yang terbuat dari ikan atau udang rebon. Awalnya, bahan masakan ini diciptakan oleh salah satu tokoh pendiri Cirebon, yakni Pangeran Walasungsang. Dengan ciri khas aroma yang tajam, bumbu ini terkenal di Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan.
Berasal dari kata “asih” yang diberi imbuhan ter-, arti “asih” dalam bahasa Sunda adalah “cinta” atau “suka”. Dari gabungan kata tersebut, penyebutannya menjadi “terasih” yang mempunyai makna “sangat disukai” atau “dicintai”.
Namun, kata “terasih” mengalami perubahan penyebutan dengan berubahnya zaman. Kini, kata tersebut mengalami pengurangan suku kata hingga menjadi kata “terasi” yang dikenal hingga saat ini.
Dalam pembuatannya, bumbu ini menggunakan garam sebagai bahan pengawet dan melewati proses fermentasi yang cukup lama. Dengan memiliki varian beragam, seperti bentuk adonannya, pasta yang berwarna hitam, merah, atau kadang-kadang berwarna coklat.
Dengan keunikan yang dimiliki, lalu bagaimana dengan potensi terasi di mata dunia? Yuk, kita bedah bersama, Eksporior!
Terasi di Mata Dunia
Terasi tidak hanya terkenal di Indonesia, tetapi juga dapat ditemukan di negara lain. Contohnya seperti xiajiang dari Cina, nappi dari Bangladesh, ngapi seinsa dari Kamboja, sae woo jeot dari Korea Selatan, bagoong alamang di Filipina, shiokara dari Jepang, mam ruoc atau mam tom dari Vietnam, kapi dari Thailand, dan belacan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Bagaimana dengan terasi asal Indonesia? Dengan kadar peptida yang tinggi, bahan masakan asal Indonesia dicap mempunyai cita rasa yang lima kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain.
Indonesia menjadi salah satu produsen terbesar terasi di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 Indonesia pernah menghasilkan 467.831 ton terasi dan sekitar 30-40% diekspor ke luar negeri.
Negara mana saja yang menjadi tujuan ekspor terasi asal Indonesia?
-
- Belanda, pada tahun 2019 mengimpor sebanyak 12.374 ton.
-
- Malaysia, pada tahun 2019 mengimpor sebanyak 9.997 ton.
-
- Singapura, pada tahun 2019, mengimpor sebanyak 5.016 ton.
5 Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Terasi
-
- Kualitas yang Sudah Diakui Pasar Global
Karena terasi asal Indonesia telah diketahui sebagai terasi dengan cita rasa 5 kali lipat yang tinggi, tidak heran apabila banyak peminatnya.
-
- Ketersediaan Bahan Baku Pembuatan
Dengan sumber daya alam yang kaya, ikan dan udang sebagai bahan baku utama pembuatan terasi mudah dijumpai di Indonesia sehingga Indonesia mempunyai persediaan bahan baku yang melimpah.
-
- Inovasi Kemasan
Faktor lainnya adalah dari bagaimana pengemasan produk itu sendiri: apakah dapat menarik perhatian konsumen, fungsional, dan aman..
-
- Pemasaran Digital
Di era yang serba digital seperti saat ini, pemasaran online di media sosial menjadi kunci dalam menjangkau konsumen luar negeri.
-
- Regulasi Pemerintah
Dukungan dari pemerintah juga menjadi salah satu faktor yang penting dalam keberlangsungan ekspor terasi, terutama Kementerian Perdagangan yang melakukan promosi ini ke mancanegara.
5 tantangan ekspor terasi
-
- Miskonsepsi dan Ketidakpahaman
Memiliki aroma yang kuat dan tidak biasa di beberapa budaya negara, akan ada miskonsepsi dan ketidakpahaman terhadap bahan baku yang dapat menjadi hambatan karena setiap pasar memiliki preferensi rasa yang berbeda.
-
- Sertifikasi dan Regulasi di Berbagai Negara
Persyaratan dan sertifikasi yang ketat di beberapa wilayah dapat menjadi tantangan, apalagi jika proses produksi tidak sesuai dengan standar internasional. Kemudian, tantangan lainnya dapat muncul jika terjadi perubahan dalam regulasi ekspor atau jika aturan baru diberlakukan.
-
- Persaingan dengan Kompetitor
Persaingan dengan produk sejenis dari negara lain dapat menjadi kendala, terutama jika produk tersebut mudah diakses atau diterima secara lokal. Misalnya merek-merek internasional yang sudah sukses dalam industri makanan dan bumbu dapat menjadi pesaing kuat. Solusinya, Eksporior memerlukan strategi pemasaran dan branding yang efektif.
-
- Logistik dan Penyimpanan
Tantangan seperti transportasi dan cara pengemasan untuk terasi yang mudah rusak dapat mempengaruhi keberlanjutan ekspor, seperti suhu dan kelembapan yang stabil, serta perlindungan dari sinar matahari.
-
- Pengaruh dari Tren Kesehatan
Dalam tren diet seperti vegetarian dan vegan, isu mengenai terasi yang mengandung bahan tambahan seperti MSG (monosodium glutamate) dan bahan baku pembuatannya yang berupa ikan dan udang (kandungan hewani) dapat menjadi kontroversial di beberapa konsumen.
Kesimpulan
Sebagai bumbu khas Indonesia yang memiliki potensi besar menguasai pasar global, keunikan aroma dan rasa dalam hidangan tradisional menjadikan daya tarik tersendiri bagi konsumen di seluruh dunia. Walaupun tetap ada tantangan seperti persepsi konsumen terkait fermentasi, kandungan garam, dan tren kesehatan, peluang ekspor terasi tetap perlu menjadi sorotan.
Diperlukan adanya kolaborasi antara produsen, pemerintah, dan masyarakat, dengan memanfaatkan inovasi, mendukung keberlanjutan, dan menyesuaikan diri dengan pasar global, maka terasi Indonesia dapat memperluas jangkauan ke pasar internasional dan membawa cita rasa Nusantara ke dunia.