Berdasarkan volume ekspor, Indonesia menjadi salah satu eksportir terbesar dunia untuk rumput laut, terutama komoditas rumput laut kering. Tahun lalu, ekspor rumput laut mendatangkan devisa sebesar US$96,19 juta atau setara Rp1,4 triliun dengan volume produksi sebesar 26.611 ton.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI, Putu Juli Ardika, mengatakan Indonesia berpotensi besar dengan memiliki ketersediaan rumput laut. Selain itu, daya saing dan pasar ekspor olahan rumput laut ini masih sangat menjanjikan.
Karena itu, Kemenperin RI berupaya meningkatkan nilai tambah rumput laut supaya dapat menjadi produk turunan yang memiliki pangsa pasar besar. Pangsa pasar tersebut baik untuk kebutuhan di domestik maupun mancanegara.
Tren Positif Rumput Laut Asal Indonesia
Ekspor rumput laut Indonesia pada 2014 sampai 2018 memiliki tren positif hingga 0,81 persen. Pada Januari-April 2019, ekspor rumput laut sebesar US$92,92 juta atau naik 3,98 persen dari pada periode yang sama tahun lalu.
Dengan pencapaian tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat Indonesia kini menjadi produsen rumput laut terbesar kedua dunia setelah Cina.
Produk olahan rumput laut umum terdapat di industri pangan dan nonpangan. Dalam industri pangan, formulasi rumput laut digunakan sebagai bahan tambahan pada bakso, nuget, sirop, es krim, yoghurt, jus, dan jeli.
Secara spesifik, terdapat dua jenis produk olahan rumput laut di Indonesia, yakni agar-agar dan karagenan. Pada ekspor agar-agar, Indonesia menempati posisi ketujuh dan urutan keenam sebagai negara eksportir karagenan. Produk olahan karagenan bahkan menyumbang 49,75 persen dari nilai ekspor rumput laut kering. Kemudian di tahun berikutnya, persentase tersebut meningkat menjadi 53,79 persen.
Pada industri nonpangan, rumput laut bermanfaat untuk produksi cat, tekstil, pasta gigi, serta kosmetik seperti losion, sabun, dan sampo. Selain itu, produk olahan rumput laut juga berguna bagi industri farmasi, misalnya untuk pembuatan cangkang kapsul dan media agar.
Pengolahan kembali limbah olahan rumput laut dalam bentuk padat atau cair menghasilkan bahan pupuk, media tanaman, serta bata ringan.
Upaya Pemerintah untuk Ciptakan Hilirisasi
Melihat tren positif rumput laut, pemerintah terus mendorong pengoptimalan penggunaan produk olahan rumput laut dalam negeri bagi para industri penggunanya. Hal ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor sekaligus mendukung kebijakan substitusi impor.
Kemenperin RI menginisiasi kebijakan substitusi impor sebesar 35 persen pada 2022 untuk memperbaiki neraca perdagangan nasional. Terutama, bagi bahan baku dan bahan penolong yang menjadi tulang punggung industri pengolahan nasional. Selain itu, kebijakan subtitusi impor akan meningkatkan pasokan bahan baku dan bahan penolong di dalam negeri.
Mengenai rumput laut, pemerintah juga tengah mengupayakan peningkatan hilirisasi komoditas rumput laut melalui diversifikasi/penganekaragaman produk olahan rumput laut. Selain itu, kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna terus digerakkan. Tidak ketinggalan pula kerja sama riset dan pengembangan produk olahan rumput laut dengan lembaga riset dalam dan luar negeri.
Dukungan kerja sama dengan pihak swasta dalam memberikan edukasi dan literasi mengenai ekspor secara luas pun dapat menunjang semua inisiatif tersebut. Hal ini perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan konsepsi supaya pelaku usaha pengolah rumput laut memiliki kompetensi berdaya saing global.
“Kami optimistis, industri berbasis agro ini dapat memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional, seperti dari hasil ekspornya,” tandas Putu. [*] AS/ExportHub.id