Pertumbuhan ekspor bahan makanan halal Indonesia terus memberikan nilai positif. Berdasarkan dari Katadata, ekspor bahan makanan halal Indonesia mencapai US$34 miliar atau Rp483 triliun pada 2020. Jumlah ini setara dengan 17 persen dari total ekspor bahan makanan halal global yang mencapai US$200 miliar.
Menurut Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, meningkatnya ekspor bahan makanan halal berkat permintaan global atas komoditas pangan yang terus membaik. Terutama aktivitas sektor usaha pertanian dan makanan halal jadi.
Mengurai laporan, Ma’ruf menyebut, nilai ekspor bahan makanan halal Indonesia naik 13,33 persen dari US$30 miliar pada 2019. Bahkan, sumbangan ekspor ini berkontribusi 24 persen dari total aktivitas usaha nasional.
Merujuk pada laporan Kementerian Perdagangan (2020), kinerja ekspor produk makanan halal ke negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menuai tren. Periode Januari-Juli 2020, ekspor makanan halal Indonesia mencapai US$456,16 juta. Pun sebelumnya, tren ekspor makanan halal Indonesia ke negara OKI periode 2015-2019 meningkat 5,51 persen.
Adapun produk unggulan ekspor makanan halal yakni saus dan olahannya (20,03 persen), pasta (17,71 persen), ikan olahan (13,5 persen), ekstrak, esensi dan konsentrat kopi (7,78 persen), dan makanan olahan (7,32 persen).
Sementara negara tujuan ekspor produk makanan halal ialah Malaysia (39,76 persen), Arab Saudi (23,74 persen), Nigeria (6,96 persen), Uni Emirat Arab (6,01 persen), dan Yordania (3,03 persen).
Berdasarkan pencapaian tersebut, Ma’ruf mengatakan bahwa produk halal Indonesia memiliki potensi pasar yang besar. Untuk itu, perlu ada berbagai dukungan kebijakan pada sektor halal ke depan.
Sertifikasi Ekspor Bahan Makanan Halal ke Pasar Global
Saat ini, pemerintah tengah berupaya untuk terus mendorong kinerja ekspor produk halal dengan membuat kebijakan sertifikasi halal gratis kepada UMKM. Kemudian, membangun kawasan industri halal (KIH) di tiga lokasi, yaitu Bintan, Banten, dan Jawa Timur. Selain itu, dua KIH di Nusa Tenggara Barat (NTB) sedang dalam pengembangan.
Peningkatan kapasitas usaha syariah Indonesia juga melalui ekosistem halal value chain (HVC) pertanian terintegrasi, halal food, serta fashion muslim. Kemudian, terdapat pula implementasi smart farming berbasis kelompok pesantren, pelaksanaan industri kreatif syariah, dan pelaksanaan Indonesia Industrial Muslim Exhibition. Selanjutnya, terdapat pula pemberdayaan unit usaha pesantren bersama para pemangku kepentingan industri keuangan syariah.
“Kita harapkan ekonomi keuangan syariah mampu membangkitkan ekonomi rakyat dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional,” harap Ma’ruf.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mendorong pengusaha lokal makin berani menggarap industri halal untuk menguatkan Indonesia di kancah global.
Agus mengatakan, saat ini Indonesia berada pada urutan ke-empat sebagai produsen produk halal terbesar di dunia. Indonesia berada di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Turki.
“Ini menjadi catatan kita untuk lebih meningkatkan produksi produk-produk halal, karena konsumennya shifting. Jadi bukan hanya yang beragama muslim, tapi juga penduduk dunia yang nonmuslim sudah mulai mencari produk-produk halal,” tegas mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009–2014 ini. [*] AS/ExportHub.id
