Masih asing dengan porang? Mengapa ekspor porang begitu Mengutip dari Jurnal Tanaman Porang: Pengenalan, Budidaya, dan Pemanfaatannya (2015), tanaman porang yang juga populer dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri.
Porang adalah tanaman yang toleran dengan probabilitas hidup hingga 60 persen. Porang dapat tumbuh pada segala jenis tanah di ketinggian 0 sampai 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bahkan, budidaya tanaman tersebut dapat dilakukan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain, seperti pohon jati, sonokeling, mahoni ataupun sengon. Bibitnya biasa dari potongan umbi batang maupun yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.
Di Indonesia, saat ini masih banyak porang yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Adapun beberapa sentra pengolahan porang saat ini berada di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung, serta Kabupaten Maros.
Segudang Manfaat Porang
Porang mengandung banyak glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air dan menjadi bahan aditif makanan sebagai emulsifier (zat pengemulsi) dan pengental. Porang juga bermanfaat sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan jeli yang beberapa tahun terakhir berhasil dikirim ke Jepang.
Selain memiliki ragam manfaat tersebut, porang juga memiliki manfaat lain antara lain;
- Bahan baku tepung;
- Pembuatan kosmetik;
- Bahan pembuatan komponen pesawat terbang; dan
- Penjernih air.
Karena memiliki beragam manfaat, Kementerian Pertanian menyitir, porang memiliki nilai strategis untuk pengembangan karena berpeluang besar untuk ekspor.
Prestasi Ekspor Porang Kian Gemilang
Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada 2018 tercatat sebanyak 254 ton. Nilai ekspornya mencapai Rp11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia, dan lain sebagainya.
Pada tahun 2019, menurut catatan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, ekspor porang sebesar 11.721 ton dengan nilai Rp 644 miliar. Sementara pada 2020 jumlahnya naik menjadi 20.476 ton dengan nilai Rp924,3 miliar. Adapun negara tujuan utama ekspor porang Indonesia yakni Jepang, Tiongkok, Taiwan, Vietnam, dan Thailand.
Mengutip dari Katadata, saat ini luas keadaan lingkungan tanaman porang yang ada mencapai 47.461 ha, dan tersebar di 15 provinsi. Kementerian Pertanian memiliki target tanam porang pada 2021 seluas 10.000 ha tersebar di Provinsi Aceh 1.000 ha, Jawa Barat 1.000 ha, Jawa Tengah 1.500 ha, Jawa Timur 3.000 ha, NTT 1.000 ha, NTB 500 ha, dan Sulsel 2.000 ha. Sementara target pada 2024, target luas lahan porang menjadi 100.000 ha, dengan dukungan industri hilir atau olahan dan pasarnya.
Strategi pengembangan tanaman porang akan memacu riset pengolahan dan produk turunannya ke arah industri pangan. “Strategi lainnya adalah peningkatan pengawasan larangan ekspor porang segar (umbi, bulbil, biji) dalam rangka mengamankan plasma nutfah lokal poran,” ujar Menteri Pertanian.
Peningkatan kuantitas benih porang melalui kultur jaringan juga bertujuan untuk mendukung pencapaian program peningkatan luas tanam porang. Menurutnya, porang adalah sesuatu yang sangat penting bagi bangsa dan negara.
“Oleh karena itu kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik dari sisi sektor pertanian. Jadi tidak heran kalau saya bilang komoditas porang adalah komoditas “mahkota”,” tegasnya.
Melihat geliat porang yang kian terang, ExportHub.id berkomitmen untuk turut berkontibusi dalam membangun ekonomi negeri. Jadilah bagian dalam orkestra kami di registration.exporthub.id sekarang! [*] AS/ExportHub.id