Scroll Top

Ekspor Kumbang Tanduk: Potensi, Budi Daya, dan Karantina

Kekayaan fauna Indonesia amat mengagumkan. Salah satu fauna di nusantara dengan jenis yang bervariasi tinggi ialah serangga. Kumbang memiliki jumlah spesies paling banyak di antara serangga lainnya. Terdapat kumbang yang memiliki morfologi unik yaitu kumbang tanduk (Orycetes rhinoceros) yang memiliki potensi ekspor.  

Kumbang Tanduk (Orycetes rhinoceros) 

Kumbang Tanduk (Orycetes rhinoceros) 
Sumber: Pixabay/Brett_Hondow

Menurut jurnal Struktur Populasi Kumbang Tanduk di Area Perkebunan Kelapa Sawit Masyarakat Desa Kenantan Kabupaten Kampar Riau oleh Yustina, dkk., kumbang tanduk merupakan hama utama tanaman kelapa sawit muda. Kumbang tanduk memiliki siklus hidup yang panjang yaitu 4-9 bulan. 

Kumbang tanduk memakan pucuk kelapa sawit. Apabila hama ini bertahan di areal perkebunan maka hasil tanaman akan menurun.

Serangan kumbang tanduk juga terjadi pada tanaman kelapa sawit tua sebagai akibat aplikasi mulsa tandan kosong sawit (TKS). Hama tersebut menyebabkan tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengalami kematian. 

Kumbang tanduk adalah jenis kumbang yang tersebar luas di asia tenggara dan termasuk kumbang terbesar di dunia. Kumbang ini aktif di malam hari (nokturnal). Serangan biasanya terjadi oleh kumbang tanduk dewasa yang menempel pada pucuk daun, menyerap air, dan merusak jaringan daun muda. 

Tak heran jika kumbang tanduk menjadi momok bagi pekebun kelapa sawit. Pasalnya, apabila populasi tidak terkendali akan menyebabkan dampak ekonomis yang merugikan.

Potensi Ekspor Kumbang Tanduk 

Potensi Ekspor Kumbang Tanduk 
Sumber: Unsplash/Annie Spratt

Bagi pemilik kebun kelapa sawit kehadiran kumbang tanduk sangat mengganggu. Meskipun begitu, kumbang tanduk ternyata berpotensi besar untuk ekspor.

Salah satu daerah dengan potensi ekspor kumbang tanduk adalah Bengkulu. Pada awal 2021, kumbang tanduk yang ada di provinsi dengan luas 19.788.70 km/persegi ini dilirik investor Jepang. 

Saat itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu, Surya Ofiana, mengatakan berdasarkan data survei karantina peternakan, populasi kumbang tanduk yang dianggap hama tersebut memang banyak terdapat di Bengkulu.   

Di Jepang, kumbang tanduk menjadi kegemaran kalangan anak dan remaja sebagai hewan peliharaan. Ukuran kumbang tanduk asal Indonesia yang mampu tumbuh hingga 13 sentimeter menjadi daya tarik tersendiri bagi orang Jepang.  

“Kami melakukan inventarisasi dulu dan sosialisasikan potensi itu ke masyarakat baru kemudian kami tindak lanjuti dengan calon investor,” tegasnya. 

Dua tahun silam, seorang warga bernama Ali lebih dulu ekspor kumbang tanduk ke Jepang dengan omzet jutaan rupiah. Penangkapan kumbang tanduk menggunakan buah pisang masak di sekitar rumah warga di Dusun Tajjuru, Desa Bontotengnga, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. 

Selain budi daya, Ali juga menangkap kumbang tanduk di kebun, hingga membeli dari warga Rp5 – Rp10 ribu per ekor. “Sekali saya ekspor ke Jepang yang jumlahnya antara 500 ekor hingga 1000 ekor, keuntungannya antara Rp 20-25 juta,” kata Ali.

Cara Budi Daya  

Cara Budi Daya Kumbang Tanduk
Sumber: Unsplash/Peter Szabo

Berikut ini merupakan cara sederhana untuk melakukan budi daya kumbang tanduk agar siap ekspor: 

  • Satukan kumbang tanduk jantan dan betina dalam satu kandang yang sama. Berikan makanan dan sebongkah kayu besar untuk kumbang kawin. 
  • Jika kumbang sudah kawin dalam jangka waktu kurang lebih empat hari, kumbang betina akan mengeluarkan telur putih berbentuk bulat. 
  • Setelah menetas, telur berubah menjadi larva. Selanjutnya, Anda harus memberi makan larva dengan campuran chochopeat, kayu lapuk, dan daun busuk. 
  • Diamkan selama kurang lebih 12 bulan untuk larva berubah menjadi kumbang tanduk. 

Proses Karantina Ekspor Kumbang Tanduk 

Proses Karantina Ekspor Kumbang Tanduk 
Sumber: Unsplash/Markus Winkler

Proses karantina ekspor kumbang tanduk pada dasarnya hampir sama dengan jenis hewan lainnya. Tahap ini wajib untuk melalulintaskan komoditas hewan dan produk hewan keluar Wilayah Indonesia. Proses ini berlaku untuk semua komoditas baik berupa hewan hidup maupun hasil olahannya, tak terkecuali ekspor kumbang tanduk.

Karantina ini untuk memastikan hewan dan produknya bebas dari hama. Berdasarkan hasil pemeriksaan, perlu pula tindakan seperti disinfeksi.  

Untuk melakukan pemeriksaan, serahkan formulir pemeriksaan hewan dan produknya ekspor ke UPT karantina di bandara. Jika tanaman dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat karantina hewan ekspor, akan terbit izin pemberangkatan ke luar negeri. Proses inspeksi biasanya memakan waktu sekitar 30-40 menit.  

Jadi, siap membawa budi daya kumbang tanduk Anda sampai di tangan global? Mari bergabung bersama orkestra ExportHub.id sekarang! [*] AS/ExportHub.id 

Leave a comment